ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMPN 1 TIGA LINGGA DALAM MENGGUNAKAN KATA BAKU DAN TIDAK BAKU
Kata Kunci:
Bahasa Baku, Bahasa Tidak Baku, Kemampuan Berbahasa, Siswa SMP, Pembelajaran BahasaAbstrak
Bahasa merupakan elemen fundamental dalam kehidupan manusia yang terus berkembang sesuai dengan dinamika sosial, budaya, dan teknologi. Salah satu fenomena yang mencolok di era digital adalah meningkatnya penggunaan bahasa gaul dan istilah asing dalam komunikasi, terutama di kalangan generasi muda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan siswa SMP N 1 Tiga Lingga dalam menggunakan kata baku dan tidak baku. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain studi lapangan. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang diberikan kepada siswa kelas VII, VIII, dan IX, serta dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa memperoleh skor dalam rentang 50–60 dari 100, yang mengindikasikan pemahaman mereka terhadap penggunaan kata baku masih berada pada kategori sedang. Beberapa kesalahan umum yang ditemukan adalah penggunaan kata tidak baku seperti ngebeli (seharusnya membeli), maenan (seharusnya mainan), serta kesalahan ejaan seperti sistim (seharusnya sistem). Temuan ini menunjukkan bahwa masih diperlukan peningkatan dalam metode pembelajaran bahasa Indonesia, terutama dalam membedakan konteks formal dan informal. Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran yang lebih kontekstual serta peran aktif guru dalam memberikan umpan balik agar siswa dapat memahami dan menerapkan bahasa baku dengan lebih baik.
Language is a fundamental element in human life that continues to develop in accordance with social, cultural and technological dynamics. One of the striking phenomena in the digital era is the increasing use of slang and foreign terms in communication, especially among the younger generation. This study aims to analyze the ability of SMP N 1 Tiga Lingga students in using standard and non-standard words. The method used is a quantitative approach with a field study design. Data were collected through questionnaires given to students in grades VII, VIII, and IX, and analyzed using descriptive statistics. The results showed that the majority of students scored in the range of 50-60 out of 100, indicating that their understanding of the use of standardized words was still in the moderate category. Some common errors found were the use of nonstandard words such as ngebeli (should be buy), maenan (should be toy), as well as spelling errors such as sistim (should be system). These findings show that improvement is still needed in Indonesian learning methods, especially in distinguishing formal and informal contexts. Therefore, a more contextualized learning strategy is needed as well as the active role of teachers in providing feedback so that students can understand and apply standardized language better.